PAPUA - Di sebuah sudut sunyi pegunungan Papua, saat kabut turun menutupi langit Kampung Geligi, harapan sempat nyaris lenyap. Namun pada Kamis, 5 Juni 2025, seberkas cahaya kemanusiaan kembali menyala dari tangan-tangan bersarung putih milik seorang prajurit TNI.
Adalah Serda Lijan, prajurit kesehatan dari Pos Pintu Jawa, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, yang hari itu menjadi penyambung hidup seorang pemuda bernama Yotam. Luka menganga akibat sabetan parang di kaki Yotam tak hanya menyakitkan secara fisik, tetapi juga menjadi simbol luka sosial di kampung yang ditinggal para tenaga medis karena ancaman dari kelompok TPNPB. Puskesmas Mageabume kini kosong, sunyi, tak lagi menjadi tempat berlindung.
Namun, harapan tak benar-benar hilang. Di pos penjagaan TNI tempat yang seharusnya menjadi simbol kekuatan militer justru kehidupan dipulihkan. Tanpa ragu, Serda Lijan mengambil alih peran tenaga medis yang absen. Dalam keterbatasan fasilitas dan di bawah cahaya alami yang temaram, ia menjahit luka Yotam dengan penuh ketelitian dan kasih.
Tujuh jahitan tertanam di kaki Yotam. Tapi lebih dari itu, sebuah kepercayaan kembali tumbuh. Bahwa prajurit bukan hanya penjaga batas, tapi juga penjaga nurani. Di balik loreng mereka, berdenyut rasa peduli dan cinta kemanusiaan.
“Kehadiran prajurit TNI di Papua bukan semata untuk menjaga kedaulatan, tetapi juga untuk menjadi pelindung rakyat, penyambung nyawa, dan pengemban harapan, ” tegas Mayjen TNI Lucky Avianto, Pangkoops Habema.
Apa yang dilakukan Serda Lijan hari itu bukanlah prosedur biasa. Itu adalah tindakan heroik yang lahir dari empati, dari tekad untuk hadir ketika tak ada siapa pun lagi. Sebuah pengabdian yang melampaui batas tugas dan jabatan.
Kisah Yotam bukan sekadar cerita tentang luka yang dijahit. Ini adalah kisah tentang kemanusiaan yang disulam di tengah konflik, tentang ketulusan yang hadir di saat genting, dan tentang TNI sebagai penjaga hati, bukan hanya penjaga wilayah.
Satgas Yonif 700/WYC menunjukkan bahwa kehadiran prajurit di pedalaman Papua adalah bentuk nyata dari semboyan: TNI adalah kita. Mereka tak hanya menjaga tapal batas, tapi juga menjaga harapan.
Authentication:
Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono, Dansatgas Media HABEMA