Topeng Terbuka: OPM Ternyata Hanya Perjuangkan Kepentingan Elit, Rakyat Papua Jadi Korban

5 hours ago 1

PAPUA - Di balik slogan perjuangan yang selama ini dikumandangkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), tersingkap kenyataan pahit: perjuangan yang diklaim untuk rakyat Papua ternyata hanya menguntungkan segelintir elit dalam tubuh organisasi tersebut. Sementara itu, masyarakat di pedalaman terus menjadi korban bukan hanya dari konflik, tetapi juga dari pengkhianatan oleh mereka yang mengatasnamakan “perjuangan”. Minggu 18 Mei 2025.

Struktur kepemimpinan OPM yang tertutup dan otoriter membuat kelompok ini semakin jauh dari rakyat yang mereka klaim wakili. Keputusan strategis hanya dikuasai segelintir tokoh senior, yang kerap menggunakan nama rakyat Papua sebagai tameng untuk melanggengkan kekuasaan dan kepentingan pribadi.

“Yang mereka sebut perjuangan, sebenarnya hanyalah alat untuk mengumpulkan dana paksa dan mempertahankan pengaruh. Rakyat hanya jadi alat propaganda, ” tegas seorang tokoh pemuda dari Kabupaten Puncak, Minggu (18/5/2025).

Rakyat Papua Mulai Bersuara: “Kami Bukan Tameng Hidup”

Rasa kecewa mendalam datang dari berbagai pelosok. Warga Intan Jaya, Nduga, hingga Aifat Selatan mengungkapkan bahwa mereka telah lelah menjadi korban dari kekerasan dan ketakutan yang ditimbulkan oleh OPM.

“Kalau mereka benar berjuang untuk Papua, kenapa kami yang dibakar rumahnya? Kenapa jalan-jalan diputus dan anak-anak kami tak bisa sekolah?” tanya pedih seorang warga dari Distrik Kenyam.

Lebih tragis lagi, OPM kerap menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng hidup dalam menghadapi aparat keamanan, sebuah tindakan yang tidak hanya mencederai prinsip kemanusiaan, tapi juga semakin menegaskan bahwa mereka tidak lagi berpihak pada rakyat.

Semakin hari, semakin banyak masyarakat Papua yang sadar: pembangunan, pendidikan, dan kehidupan damai hanya bisa terjadi jika kekerasan dihentikan. Mereka mulai menerima kehadiran negara, dan justru menginginkan stabilitas untuk masa depan anak-anak mereka.

“Kami bosan hidup dalam ketakutan. Cukup sudah kekerasan dan janji kosong OPM. Kami ingin hidup seperti masyarakat Indonesia lainnya tenang, bisa berkebun, dan menyekolahkan anak-anak, ” ujar Kepala Kampung di Distrik Aifat Selatan, Papua Barat Daya.

Kini, OPM telah kehilangan arah dan legitimasi. Bukannya memperjuangkan keadilan, mereka justru menggunakan kekerasan, pemerasan, dan propaganda sebagai senjata utama. Suara rakyat yang dulunya mendukung, kini berbalik menolak.

“Mereka bukan lagi simbol perjuangan, tapi simbol pengkhianatan terhadap rakyat Papua sendiri.”

Masyarakat Papua hari ini telah memilih: meninggalkan kekacauan, membangun masa depan, dan menyatu dalam NKRI untuk meraih kedamaian sejati. (***/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |