Tanpa Dana Pusat, Ali Fikri : Desa Harus Tetap Bangkit Mandiri Lewat Inovasi dan Gotong Royong

3 hours ago 2

PANGKEP  SULSEL - Ir H Muhammad Ali Fikri, MM, salah seorang Dosen di Universitas Cokroaminoto Makassar saat di temui di warkop Puang bos Pangkajene beberapa hari lalu berkata bahwa tanpa dana dari pusatpun pembangunan desa tetap harus bangkit dengan semangat menggali potensi lokal.

Menurutnya bahwa kepala desa tetap menunjukkan semangat luar biasa untuk bangkit secara mandiri. Dengan mengandalkan potensi lokal dan kekuatan gotong royong, desa tersebut harus membuktikan bahwa pembangunan bisa berjalan tanpa menunggu bantuan dari luar.

Ali Fikri berkata bahwa langkah awal dilakukan melalui pemetaan potensi desa secara menyeluruh. Mulai dari sumber daya alam, keterampilan warga, hingga potensi wisata lokal, semuanya dikaji bersama dalam musyawarah desa. Hasilnya, muncul banyak ide kreatif untuk dimaksimalkan demi kesejahteraan masyarakat.

Salah satu potensi yang perlu digarap serius adalah pengembangan wisata berbasis alam dan budaya. Rawa-rawa yang dulunya tak dimanfaatkan, kini perlu diubah menjadi tempat wisata mancing tradisional. Sementara itu, kebun warga juga harus disulap menjadi wisata edukasi pertanian untuk anak-anak sekolah dari kota.

Tak hanya itu, kata dia , desa juga menggerakkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di dalam berbagai sektor. Mulai dari produksi makanan olahan, penyewaan alat pertanian, hingga pemasaran produk lokal secara online. Pendapatan dari BUMDes ini bisa menjadi salah satu sumber utama pembiayaan pembangunan kecil di desa.

"Awalnya memang sulit. Tapi kami yakin, kalau tidak dimulai dari diri sendiri, siapa lagi yang akan bangun desanya?" ujar Ali Fikr dengan penuh semangat. Ia menambahkan bahwa kunci utama keberhasilan mereka adalah kolaborasi dan semangat saling percaya antarsesama warga.

Pelatihan keterampilan pun perlu digelar secara rutin. Dengan menggandeng perguruan tinggi dan pelaku usaha, warga juga harus dibekali ilmu tentang pengolahan produk lokal, pemasaran digital, hingga manajemen keuangan mikro. Anak-anak muda desa perlu lebih percaya diri mengembangkan usaha rumahan sendiri.

Teknologi juga dimanfaatkan secara optimal. Lewat media sosial dan marketplace lokal, produk-produk desa bisa dipasarkan langsung ke konsumen kota. Strategi ini akan bisa membuktikan ampuh meningkatkan pendapatan warga sekaligus memperkenalkan nama desa ke tingkat nasional.

Dia mencontohkan bahwa salah satu produk unggulan desa adalah susu dari ubi ungu yang dikembangkan oleh kelompok ibu-ibu. Produk ini akan bisa dikenal luas dan bahkan diminati oleh pelaku bisnis kuliner di Makassar dan sekitarnya. Inovasi sederhana ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal bisa bersaing di pasar modern.

Pembangunan infrastruktur ringan seperti jalan setapak dan saluran air dilakukan secara gotong royong. Masyarakat menyumbang tenaga, bahan seadanya, dan waktu secara sukarela. “Tak perlu lagi  menunggu anggaran turun, karena jika menunggu, bisa-bisa jalan ini tetap rusak bertahun-tahun, ” ungkapnya.

Selain itu Aki Fikri juga berkata bahwa sekarang ini telah terbentuk Koperasi desa Merah Putih dan itu juga menjadi penggerak utama kemandirian ekonomi. Lewat sistem simpan pinjam berbasis kepercayaan dan transparansi, warga bisa mengakses modal usaha tanpa perlu terjerat utang berbunga tinggi. Hal ini mendorong tumbuhnya banyak usaha mikro baru.

Bila kita cerita sukses sebuah desa, dan mulai menarik perhatian banyak pihak. Tentu beberapa kampus dan LSM akan datang untuk belajar dan mendampingi, bukan untuk memberi bantuan, melainkan memperkuat sistem yang sudah ada. Bahkan beberapa desa tetangga mulai meniru langkah yang sama.

“Desa tersebut mungkin tak punya dana besar, tapi kepala desa bersama stap punya semangat besar.Dia bangun bukan dari dana pusat, tapi dari hati yang ingin berubah, ” kata  Ali Fikri yang juga siap turut aktif dari kampus untuk proses pembangunan mandiri di desa.

Langkah-langkah inovatif ini bisa menjadi contoh bahwa membangun desa bisa dimulai dari dalam, dari semangat warganya sendiri. Ketika kebersamaan menjadi kekuatan, keterbatasan bukan lagi penghalang. Desa tersebut telah membuktikan, bahwa mimpi tentang kemandirian bukan hanya wacana—melainkan kenyataan yang bisa diraih bersama. ( Herman Djide)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |