Simpatisan OPM Kembali ke Pelukan NKRI: Bukti Nyata Kekuatan Perdamaian Papua

5 hours ago 3

PAPUA - Di tengah tantangan yang menghadang, sebuah langkah berani dan penuh makna dilakukan oleh seorang simpatisan Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Merdeka (OPM), berinisial AS, yang secara sukarela menyerahkan diri kepada aparat keamanan Republik Indonesia, Sabtu (10/05/2025). Ini bukan hanya sekadar penyerahan diri, tetapi sebuah pernyataan kuat bahwa harapan untuk perdamaian Papua masih hidup.

AS, yang berasal dari Kampung Ariepi, Kabupaten Kepulauan Yapen, tak hanya mengembalikan diri, tetapi juga menyerahkan sejumlah barang bukti penting: satu pucuk senjata api jenis M1 Carbine, 45 butir amunisi kaliber 7, 62x33mm, satu bendera Bintang Kejora, dan satu noken bermotif Bintang Kejora simbol perjuangan separatis yang kini ditinggalkan.

Penyerahan ini dilakukan langsung kepada Letkol Inf Baskoro Wijaya Admanto, Komandan Kodim 1709/Yawa, sebagai tanda penyesalan dan kesadaran AS atas keterlibatannya dalam kelompok separatis. Lebih dari itu, ini adalah bukti bahwa hati yang terjerat dalam ideologi separatisme masih bisa diselamatkan dengan kasih sayang dan ruang untuk kembali ke pelukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Ini bukan hanya soal senjata atau bendera, tapi tentang kesadaran dan niat baik untuk kembali bersama masyarakat di bawah naungan NKRI. Saya berjanji untuk hidup damai, ” ujar AS dalam penyerahan tersebut.

Letkol Inf Baskoro Wijaya Admanto menegaskan bahwa AS datang dengan itikad baik dan tanpa niat permusuhan. “Ini adalah langkah besar menuju perdamaian. Apa yang dilakukan AS adalah bukti bahwa tidak ada yang terlambat untuk kembali ke jalan yang benar, ” ungkapnya.

AS sendiri mengungkapkan kekecewaannya terhadap kepemimpinan OPM yang kini lebih berfokus pada kepentingan elit-elit tertentu ketimbang rakyat kecil. “Saya melihat penderitaan rakyat di kampung. Anak-anak tak bisa sekolah, ekonomi terhambat, dan kami hanya menciptakan ketakutan. Saya sadar kini bahwa perjuangan kami telah salah arah, ” katanya penuh penyesalan.

Keputusan untuk menyerahkan diri datang dengan keinginan tulus untuk mengubah hidupnya. AS kini berharap dapat kembali bertani, membangun keluarga dalam kedamaian, dan berkontribusi pada pembangunan daerahnya, khususnya di sektor pendidikan dan pertanian.

Peristiwa ini menjadi momentum penting, tak hanya bagi aparat keamanan, tetapi juga bagi rakyat Papua. Sebuah pesan yang kuat bahwa perdamaian itu mungkin, dan masa depan yang lebih baik dapat tercapai jika semua pihak berkomitmen untuk menyatukan langkah dalam bingkai NKRI. (***)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |