Padang — Sastrawan dan penyair kenamaan Sumatera Barat, Pinto Janir, resmi terpilih sebagai Ketua Umum Lembaga Masyarakat Budaya (LMB) Minangkabau dalam musyawarah "Tim 9" yang digelar di Taman Budaya Sumatera Barat, Jumat sore, 25 Juli 2025.
Musyawarah yang berlangsung khidmat itu juga menetapkan tokoh nasional DR. Febby Dt. Bangso sebagai Ketua Dewan Pembina LMB Minangkabau, didampingi Syarifuddin Arifin sebagai anggota dewan pembina.
Untuk menjalankan roda organisasi secara operasional, Hasnul ditunjuk sebagai Ketua Harian LMB, dengan didampingi empat wakil ketua: Rizal Tanjung, Dadang Leona, Hasan Awi, dan Jefenil. Sementara posisi Sekretaris diamanahkan kepada Aprimas dan Bendahara dipercayakan kepada Yarsina Devi, Akt.
LMB Minangkabau hadir dengan visi besar: Merawat Tradisi, Menjaga Negeri, melalui berbagai aktivitas yang berpijak pada nilai-nilai kultural dan peradaban Minangkabau.
“Eksistensi LMB Minangkabau adalah salah satu penjawab kegamangan kita di tengah gempuran badai teknologi yang menerjang deras nilai-nilai tradisi, adat, dan budaya, ” ungkap Pinto Janir dalam pidato pertamanya usai ditetapkan sebagai ketua umum.
Menurutnya, teknologi memang memberi kemudahan, namun pada saat bersamaan juga mengancam kreativitas dan imajinasi generasi muda jika tidak diimbangi dengan kekuatan akar budaya.
“Ini adalah salah satu cara bagi kita merawat nilai-nilai tradisi untuk menjaga negeri. LMB Minangkabau adalah jawaban yang solutif ketika kita dipaksa berada di persimpangan peradaban, ” ujar Rizal Tanjung, budayawan Sumatera Barat yang juga menjabat sebagai salah satu wakil ketua.
Suara senada juga datang dari pelukis kenamaan Jefenil. Ia menegaskan bahwa Minangkabau adalah nagari berpayung pikiran, dan payung itu harus dijaga jangan sampai bocor.
“LMB Minangkabau menjadi pagar dari duri-duri perusak peradaban. Jangan sampai Minangkabau hanya tinggal nama, ” tegasnya.
Hasnul, Ketua Harian LMB, menyoroti pentingnya kebangkitan kolektif dari para pegiat seni dan budaya.
“Saatnya para pegiat budaya dan seni bangkit menjaga nilai-nilai keminangkabauan anak. Kita tak boleh diam lagi, ” katanya penuh semangat.
Sementara itu, penyair Syarifuddin Arifin yang dikenal hingga kancah Asia Tenggara, mengingatkan agar seluruh insan budaya bersatu dan meninggalkan kepentingan pribadi.
“Terkadang waktu kita habis karena bertengkar ke bertengkar saja. Pengacau kebudayaan, tukang keruh kebudayaan, dan oknum-oknum yang berladang di punggung seniman, menyingkirlah! Saatnya kita bersama-sama membangun negeri dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, ” serunya lantang.
LMB Minangkabau digadang-gadang akan menjadi wadah kolaboratif para pelaku seni, budaya, akademisi, dan masyarakat adat untuk memperkuat identitas kebudayaan Minangkabau dalam bingkai Indonesia yang majemuk. Ke depan, lembaga ini diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan zaman tanpa meninggalkan akar tradisi. (Fang)