OPM Ditolak Rakyat: Masyarakat Papua Tercekik oleh Kekerasan di Tanah Sendiri

8 hours ago 5

PAPUA - Alih-alih membawa pembebasan dan harapan, keberadaan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru menyisakan jejak penderitaan mendalam bagi masyarakat Papua. Di berbagai wilayah pedalaman, warga hidup dalam ketakutan, kekurangan, dan trauma akibat intimidasi serta kekerasan yang terus terjadi. Selasa 15 Juli 2025.

Tokoh masyarakat Papua, Yulianus Murib, mengungkapkan keprihatinan atas situasi ini. Menurutnya, tindakan OPM telah melenceng jauh dari klaim perjuangan rakyat.

“Kalau mereka benar-benar ingin membela rakyat, mereka tidak akan memeras, menyiksa, dan membunuh warga yang tak bersalah. Ini bukan perjuangan, ini penindasan, ” tegasnya, Selasa (15/7/2025).

Ia menambahkan bahwa warga desa kini merasa seperti tawanan di tanah sendiri. “Orang kampung tak bisa berkebun. Anak-anak takut ke sekolah. Nakes enggan masuk wilayah tertentu karena ancaman OPM. Ini bukan pembebasan, tapi penjajahan gaya baru oleh saudara sendiri, ” ucapnya.

Suara serupa datang dari tokoh agama Meepago, Pendeta Yakobus Kogoya, yang menilai aksi OPM bertentangan dengan ajaran kasih dan nilai kemanusiaan.

“Tuhan tidak mengajarkan kekerasan. Apa yang mereka lakukan menyakiti sesama dan memutus harapan hidup banyak keluarga, ” katanya dalam doa bersama warga yang digelar secara tertutup.

Kecaman juga datang dari kalangan muda Papua. Melianus Tabuni, aktivis pemuda, mengimbau generasi muda untuk tidak larut dalam narasi kebencian dan kekerasan yang disebarkan OPM.

“Anak muda Papua harus bangkit lewat pendidikan dan kreativitas. Jangan mau dijadikan alat kekerasan. Kita perlu waras membedakan mana yang benar-benar berjuang, dan mana yang hanya merusak, ” ujarnya.

Apa yang kini dirasakan masyarakat Papua adalah ironi besar: tercekik di atas tanah sendiri oleh mereka yang mengaku berjuang demi rakyat. Ketakutan, ketertinggalan, dan penderitaan tak seharusnya menjadi warisan dari sebuah “perjuangan.”

Masyarakat Papua berhak hidup dalam damai, bekerja dengan aman, menyekolahkan anak, dan membangun masa depan tanpa ancaman. Sudah saatnya suara rakyat Papua yang ingin hidup damai lebih nyaring terdengar dibandingkan teriakan senjata. (Apk/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |