PAPUA - Aksi kekerasan yang kembali dilakukan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) kali ini menyasar tempat suci yang menjadi simbol kedamaian dan toleransi di tengah masyarakat Papua. Sebuah rumah ibadah di salah satu distrik terpencil di wilayah pegunungan Papua dilaporkan dibakar oleh kelompok separatis tersebut, menciptakan kepanikan dan luka mendalam bagi warga setempat. Rabu 21 Mei 2025.
Pembakaran rumah ibadah ini bukan hanya tindakan vandalisme terhadap fasilitas umum, tetapi juga pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia, khususnya hak untuk beragama dan beribadah. “Kami sangat terpukul dengan kejadian ini. Rumah ibadah adalah tempat kami mengadu, mencari ketenangan, dan mempererat persaudaraan. Namun kini, tempat itu hangus terbakar dan menyisakan trauma mendalam bagi warga, ” ungkap Pendeta Yohana, tokoh agama setempat, yang turut merasakan dampak dari aksi brutal tersebut.
Tindakan pembakaran ini segera mendapat kecaman dari berbagai elemen masyarakat dan tokoh agama di Papua. Pendeta Albert Wanimbo, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua, menyebut aksi OPM ini sebagai “pelanggaran berat terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman.” Ia juga menyerukan agar seluruh tokoh agama di Papua bersatu dalam melawan segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis.
“Saatnya kita berdiri bersama melawan kejahatan ini. Membakar rumah ibadah bukan hanya bentuk vandalisme, tapi juga serangan terhadap kedamaian yang selama ini kita bangun bersama, ” tegas Pendeta Wanimbo, mengajak umat beragama untuk tetap teguh menjaga kedamaian dan toleransi.
Pembakaran rumah ibadah oleh OPM ini menjadi bukti nyata bahwa kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut tidak hanya sekadar perlawanan terhadap otoritas, tetapi juga upaya sistematis untuk menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, spiritualitas, dan kebebasan beragama. Aksi ini, jika dibiarkan, akan semakin memperburuk situasi yang sudah rentan di Papua.
“Kekerasan seperti ini harus dihentikan. Kita harus melindungi hak dasar setiap warga negara untuk beribadah dan hidup damai. Ini bukan hanya soal agama, tapi soal hak asasi manusia yang harus dihormati oleh semua pihak, ” ujar Bupati Papua, yang turut menyoroti dampak luas dari tindakan kejam ini.
Dengan semakin meningkatnya serangan terhadap rumah ibadah, sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kebebasan beragama dan memastikan bahwa Papua tetap menjadi wilayah yang aman bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa diskriminasi.
Dengan angle yang lebih humanis dan mengedepankan isu kebebasan beragama serta dampak sosial, berita ini diharapkan dapat menarik perhatian pembaca yang peduli pada pentingnya perdamaian dan toleransi di wilayah yang tengah dilanda konflik. (***/Red)