INVESTASI - Di tengah hiruk pikuk dunia keuangan, ada kisah yang membuktikan bahwa kesuksesan investasi bisa diraih tanpa harus bergantung pada nasihat profesional. Richard Ye, seorang investor mandiri asal Melbourne, telah membuktikan hal itu dengan membangun portofolio investasi senilai US$ 5 juta atau sekitar Rp 81, 4 miliar. Pencapaian ini diraihnya tanpa campur tangan penasihat keuangan.
Lima tahun lalu, Ye memulai perjalanannya dengan target awal US$ 1 juta. Kini, ia telah melampaui target tersebut dan berhasil mengumpulkan US$ 1, 5 juta. Prinsipnya sederhana: terus belajar dan tetap rendah hati. Pengalaman 25 tahun di dunia keuangan, termasuk sebagai auditor di Ernst & Young dan pengalaman bekerja di China serta Amerika Serikat, menjadi bekal berharga baginya.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Ye memutuskan untuk meninjau kembali prioritas hidupnya. Ia mulai aktif berinvestasi di Australia dengan dana awal US$ 250.000 dan berkomitmen untuk menambah US$ 3.000 setiap minggu, asalkan syarat teknikal tertentu terpenuhi. Strategi yang ia terapkan berfokus pada efisiensi biaya.
Ia memilih mengelola investasinya sendiri dengan mengandalkan strategi dollar-cost averaging, penggunaan ETF berbiaya rendah, dan pembelajaran dari berbagai sumber informasi keuangan. Alokasi dananya terbagi menjadi 50% untuk ETF, 20% untuk saham unggulan di pasar AS dan Australia, serta 30% untuk produk hibrida bank di Australia.
ETF Pilihan Richard Ye
Portofolio ETF milik Ye mencakup lima produk: Betashares Nasdaq 100 ETF, Vanguard ETF indeks pasar total berbobot setara, VanEck ETF berbobot setara untuk pasar Australia, Betashares ETF sektor sumber daya Australia, dan Betashares ETF keamanan siber global. Ia juga memiliki kepemilikan langsung di perusahaan besar seperti Google dan ASX Ltd.
Sejak mulai berinvestasi di Australia, Ye mencatatkan imbal hasil tahunan rata-rata sebesar 8%. Target jangka panjangnya adalah mengumpulkan kekayaan sebesar US$ 5 juta saat ia berusia 67 tahun, setara dengan sekitar US$ 3 juta dalam nilai saat ini setelah disesuaikan dengan inflasi. Ia memperkirakan portofolio tersebut akan menghasilkan pendapatan tahunan antara US$ 300.000 hingga US$ 500.000.
Dollar-cost averaging menjadi komponen penting dalam pendekatannya. Ia berinvestasi secara konsisten tanpa memperhatikan fluktuasi harga aset. Akun Betashares Direct yang digunakannya memungkinkan investasi rutin dengan biaya sangat rendah, berbeda dengan broker konvensional yang biasanya mengenakan biaya tetap per transaksi.
Meskipun begitu, ia tetap memperhatikan sinyal teknikal untuk menunda pembelian saat pasar dinilai terlalu mahal, terutama ketika indeks S&P 500 berada jauh di atas rata-rata pergerakan 50 dan 200 hari.
Kredit franking dari produk hibrida menyumbang bagian signifikan dari total imbal hasilnya. Meskipun portofolionya menghasilkan sekitar US$ 100.000 per tahun, pendapatan kena pajaknya jauh lebih rendah karena banyak keuntungan tersebut diinvestasikan kembali, serta karena portofolionya didominasi oleh instrumen berjangka panjang dan kredit pajak.
Sumber Informasi Investasi
Untuk mendukung keputusannya, Ye mengandalkan informasi dari berbagai media keuangan. Ia menghabiskan sekitar US$ 1.800 per tahun untuk berlangganan layanan seperti Morningstar, media berita bisnis dari Australia, AS, dan Asia, serta menonton Bloomberg TV secara rutin. Model valuasi Morningstar membantunya mengidentifikasi saham unggulan yang dinilai murah, yang kini menyumbang sekitar 20?ri portofolionya.
Jika menggunakan jasa penasihat keuangan, Ye memperkirakan ia perlu membayar antara US$ 7.500 hingga US$ 22.500 per tahun, tergantung pada skema biaya yang dikenakan.
Di luar portofolio sahamnya, Ye juga memiliki dana pensiun sekitar US$ 400.000 dan properti investasi, yang saat ini menghasilkan penghasilan kena pajak yang rendah karena struktur utangnya.
Ia mengakui bahwa strategi perpajakan dana pensiun saat ini belum menjadi prioritas utama, mengingat penghasilannya yang lebih rendah dibanding masa lalu. Namun, seiring bertambahnya usia dan semakin dekatnya akses ke dana pensiun, aspek tersebut akan kembali menjadi bagian penting dari rencana keuangannya.
Dengan pendekatan disiplin dan fokus pada efisiensi biaya, Ye tetap berpegang pada rencana jangka panjangnya. Ia menyadari bahwa pasar saham tidak selalu naik, namun ia melihat koreksi pasar sebagai peluang untuk membeli aset dengan harga yang lebih murah.
"Saya tidak keberatan jika pasar turun setiap dua tahun. Justru itu bisa menjadi kesempatan yang baik bagi orang seperti saya, ” ujarnya. (investment.co.id)