Ketika Bakar Batu Menyatukan Negeri: TNI dan Warga Wombru Menyalakan Harapan di Tanah Papua

9 hours ago 7

NDUGA - Di Kampung Wombru, Distrik Mage’abume, Kabupaten Nduga, kobaran api dari tradisi bakar batu tidak hanya mematangkan makanan tetapi juga membakar sekat, menyatukan jiwa, dan menyalakan harapan baru di Bumi Cenderawasih. Minggu 13 Juli 2025.

Tradisi adat bakar batu kali ini menjadi momen bersejarah yang penuh makna. Tidak hanya dihadiri masyarakat, ritual tersebut juga melibatkan prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti Pos Pintu Jawa, yang turun langsung bersama warga untuk membuka lahan pertanian baru. Ubi, sayuran, dan masa depan ditanam bersamaan bukan hanya oleh cangkul, tapi oleh niat baik dan semangat kebersamaan.

Letda Inf Risal, Danpos Pintu Jawa, mengungkapkan filosofi dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan ini.
“Kami hadir tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga ikut menanam harapan bersama masyarakat. Tradisi bakar batu ini mengajarkan kami makna hidup yang sebenarnya: gotong royong dan ketulusan, ” ujarnya.

Tak hanya menjadi tamu, para prajurit ikut memikul batu, menggali tanah, menyiapkan ladang, dan makan bersama warga. Di sanalah hubungan antara tentara dan rakyat tak lagi bersifat formal, melainkan berubah menjadi kemitraan yang setara, saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari.

Bapak Jerianus, tokoh masyarakat Wombru, menyampaikan rasa harunya.
“TNI tidak hanya menjaga. Mereka bekerja, makan, dan tertawa bersama kami. Ini bukan hal biasa. Kami merasa dianggap keluarga, ” ucapnya dengan tulus.

Bakar batu yang semula hanya simbol adat kini menjadi lambang kekuatan sosial: menyatukan perbedaan dalam bara persatuan. Dari tradisi ini, lahirlah harapan baru bahwa perdamaian dan kesejahteraan di Papua tidak hanya mimpi tapi bisa dibangun bersama, dimulai dari ladang kecil dan kepedulian nyata.

Panglima Komando Operasi TNI HABEMA, Mayjen TNI Lucky Avianto, memberikan apresiasi mendalam atas kegiatan ini. “Satgas Yonif 700/WYC telah menunjukkan makna sejati kemanunggalan TNI dan rakyat. Mereka tidak hanya membawa senjata, tapi membawa hati. Mereka menyatu dalam budaya, berbagi keringat, dan membangun kehidupan bersama masyarakat, ” ujarnya bangga.

Mayjen Lucky menegaskan bahwa kekuatan bangsa tidak hanya terletak pada alat utama sistem pertahanan, tetapi juga pada persatuan dan hubungan emosional yang kuat antara prajurit dan rakyat.
“Setiap senyum masyarakat adalah kekuatan moral bagi kami. Inilah Indonesia sesungguhnya: bersatu, peduli, dan membangun bersama, ” tegasnya.

Kisah dari Wombru ini memperlihatkan bahwa di ujung timur negeri, prajurit TNI terus menorehkan jejak kemanusiaan. Mereka hadir bukan sekadar sebagai penjaga batas negara, tetapi sebagai penjaga nilai, penjaga harapan, dan sahabat sejati rakyat.

Authentication:
Dansatgas Media HABEMA
Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Karya | Politics | | |