PAPUA - Ketegangan internal semakin memuncak dalam tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan sejumlah laporan yang mengungkapkan bahwa banyak anggota OPM kini terpaksa kelaparan. Kekurangan logistik dan ketidakpedulian dari pimpinan menyebabkan banyak dari mereka melakukan penjarahan terhadap masyarakat setempat demi bertahan hidup.
Yonas Magai, tokoh masyarakat dari Intan Jaya, mengungkapkan betapa memilukannya situasi yang dihadapi oleh para anggota OPM. “Anak buah mereka dibiarkan kelaparan, lalu disuruh turun ke kampung merampas hasil tani rakyat. Ini bukan lagi perjuangan, tapi tindakan kriminal, ” tegas Yonas, Jumat (20/06/2025).
Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak adanya perhatian medis ataupun bantuan logistik terhadap para anggota yang sakit atau terluka. Banyak anggota muda yang pada awalnya direkrut dengan janji perjuangan kini mulai menyadari kenyataan pahit, bahwa mereka telah ditelantarkan oleh para pemimpin yang seharusnya merawat mereka.
Pdt. Filemon Tabuni, seorang tokoh agama di Kabupaten Puncak, menyatakan keprihatinannya terhadap nasib yang dialami oleh para anggota OPM. Menurutnya, situasi ini mencerminkan hilangnya visi perjuangan yang jelas dalam tubuh OPM, yang kini hanya menjadi kelompok bersenjata yang mengandalkan intimidasi dan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri.
“Jika mereka benar-benar berjuang demi Papua, seharusnya mereka lindungi rakyat, bukan rampas hak rakyat. Bahkan anggotanya sendiri tidak mereka urus, ” ujarnya dengan penuh rasa keprihatinan.
Tidak hanya itu, masyarakat yang menjadi korban penjarahan merasa semakin tertekan. Selain ancaman senjata, mereka harus menanggung kerugian materiil yang signifikan akibat hasil panen mereka yang dirampas, serta ternak yang diambil paksa. Beberapa warga bahkan memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman demi melindungi diri dan keluarga mereka dari ancaman kekerasan.
Kondisi ini menggambarkan betapa jauh perpecahan yang telah terjadi di tubuh OPM, yang kini tidak lagi berjuang untuk kemerdekaan, melainkan lebih banyak terlibat dalam tindakan kriminal yang merugikan masyarakat Papua sendiri. (*/Red)