Herman Djide: Dari Desa untuk Indonesia, Membangun dari Dalam Berdasar pada Data

4 hours ago 3

PANGKEP SULSEL - Pembangunan desa seringkali dipandang dari luar ke dalam, dengan pendekatan top-down yang mengandalkan kebijakan pusat tanpa cukup mempertimbangkan dinamika internal desa. Namun, jika ingin pembangunan desa berjalan berkelanjutan dan berdampak nyata, maka desa harus dibangun dari dalam—berangkat dari potensi, kebutuhan, dan kekuatan warganya sendiri.

Pembangunan dari dalam berarti menumbuhkan kesadaran masyarakat desa sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek kebijakan. Ini membutuhkan ruang partisipasi yang luas, kelembagaan desa yang kuat, dan kepemimpinan lokal yang visioner dan berpihak pada kepentingan kolektif.

Namun, tak cukup hanya membangun partisipasi. Pembangunan dari dalam harus disertai dengan penguatan data desa yang akurat, menyeluruh, dan dikelola secara mandiri. Data adalah fondasi perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat, termasuk dalam merancang program pembangunan, distribusi bantuan, hingga mitigasi bencana.

Sayangnya, banyak desa masih bergantung pada data dari luar yang tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Akibatnya, sering terjadi ketimpangan, ketidaktepatan sasaran program, dan pemborosan anggaran. Padahal desa memiliki potensi untuk mengelola datanya sendiri, jika didukung kapasitas dan sistem yang memadai.

Program seperti SDGs Desa yang diinisiasi Kemendes PDTT merupakan langkah strategis, namun implementasinya belum sepenuhnya optimal. Banyak desa mengisi data hanya untuk memenuhi formalitas administratif, tanpa menjadikan data sebagai dasar refleksi dan aksi nyata.

Membangun desa dari dalam juga berarti membangun budaya sadar data di kalangan perangkat desa dan masyarakat. Perlu ada pelatihan yang berkelanjutan, insentif, serta integrasi teknologi sederhana yang sesuai dengan kapasitas desa.

Penguatan data desa tidak harus selalu digital atau canggih. Yang penting, data itu valid, terus diperbarui, dan bisa digunakan langsung oleh desa untuk kepentingan mereka sendiri—bukan hanya untuk laporan ke atas.

Dengan data yang kuat, desa bisa mengidentifikasi kelompok rentan, mengelola aset dan sumber daya lokal, serta merancang kebijakan yang sesuai dengan karakter wilayahnya. Ini adalah langkah awal untuk mewujudkan desa mandiri yang tidak terus-menerus tergantung pada bantuan eksternal

Lebih dari itu, data yang kuat akan memperkuat posisi tawar desa dalam berbagai kerja sama dengan pihak luar—baik pemerintah, swasta, maupun LSM. Desa yang tahu apa yang dimilikinya akan lebih percaya diri dan dihargai dalam relasi pembangunan.

Membangun dari dalam dan memperkuat data adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Tanpa data, semangat membangun dari dalam bisa menjadi wacana kosong. Tanpa kesadaran lokal, data hanya akan menjadi tumpukan angka tanpa makna.

Negara harus hadir sebagai fasilitator, bukan pengendali. Pemerintah pusat dan daerah sebaiknya fokus memperkuat kapasitas desa dalam membangun sistem data yang organik, terhubung, namun tetap berbasis lokalitas.

Dalam jangka panjang, pembangunan desa yang bertumpu pada kekuatan internal dan data yang kokoh akan melahirkan desa yang resilien, berdaulat, dan berdaya saing. Ini adalah fondasi penting bagi pembangunan nasional yang inklusif.

Sudah saatnya kita berhenti memandang desa sebagai wilayah yang "harus dibantu", dan mulai melihatnya sebagai pusat pertumbuhan baru yang bisa mendorong transformasi sosial-ekonomi Indonesia. Semua itu hanya mungkin jika kita membangun desa dari dalam—dengan data sebagai kompasnya. 

Pangkep 10 Mei 2025

Penulis: Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkep 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |