Diskusi IMKS Soroti Dilema Eksplorasi Gas Kangean: Antara Harapan Energi dan Ancaman Lingkungan

5 hours ago 1

SURABAYA — Isu eksplorasi gas alam di perairan Kepulauan Kangean kembali mencuat ke publik dalam sebuah diskusi bertajuk "Eksplorasi Gas Kangean: Antara Ketahanan Energi dan Kekhawatiran Lingkungan" yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kangean Surabaya (IMKS), Kamis (19/6). Acara ini menghadirkan berbagai perspektif mengenai proyek strategis nasional tersebut yang kini tengah berlangsung di kawasan timur Jawa Timur.

Hadir sebagai salah satu narasumber kunci, Razikin, mantan Ketua Umum Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS), menyampaikan hasil pemikiran kolektif mahasiswa dan aktivis dalam forum tersebut. Diskusi berlangsung hangat, mempertentangkan urgensi pemenuhan energi nasional dengan kebutuhan menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan sosial di wilayah eksplorasi.

Transformasi Energi: Di Tengah Krisis dan Ketergantungan

Indonesia kini menghadapi tantangan energi yang signifikan. Sebagai negara yang dulu dikenal sebagai eksportir minyak, kini berubah menjadi importir akibat peningkatan konsumsi domestik dan menipisnya cadangan migas konvensional. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, pemerintah mendorong diversifikasi energi, salah satunya melalui eksplorasi gas di Kangean oleh PT Kangean Energi Indonesia (KEI).

KEI, sebuah konsorsium yang melibatkan perusahaan nasional dan investor Jepang, telah aktif mengeksplorasi blok migas Kangean sejak 1993. Gas yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan industri besar di wilayah seperti Pasuruan, tetapi juga mulai disalurkan ke perumahan lewat jaringan pipa, menandai babak baru pemanfaatan gas domestik.

Teknologi Seismik dan Janji Ramah Lingkungan

Pihak KEI mengklaim menggunakan teknologi seismik modern Ocean Bottom Node (OBN) yang dinilai minim gangguan terhadap aktivitas nelayan karena tidak menggunakan kabel dasar laut. Survei ini juga memakai frekuensi rendah guna meminimalkan gangguan pada ekosistem bawah laut.

Eksplorasi diproyeksikan berlangsung bertahun-tahun, melibatkan riset geologi, pemetaan, dan simulasi cadangan. Para pendukungnya menekankan bahwa gas adalah energi fosil yang lebih bersih dibanding batu bara dan bahwa proyek ini memiliki potensi besar dalam menopang ketahanan energi nasional.

Suara Kritis: Luka Lapindo Masih Membekas

Namun, diskusi juga menyuarakan kekhawatiran serius. Para peserta, termasuk aktivis lingkungan dan mahasiswa, mengangkat trauma nasional terhadap insiden lumpur Lapindo sebagai cermin bahwa eksplorasi migas tak pernah bebas risiko. Kritik utama ditujukan pada tahapan survei yang dianggap sering menjadi formalitas semata, karena keputusan investasi telah diambil sebelumnya.

Jangan ulangi kesalahan yang sama. Masyarakat bukan objek proyek, tapi subjek dalam proses pembangunan, ” ujar salah satu peserta diskusi.

Mereka mempertanyakan janji lapangan kerja yang sering tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan, serta potensi korupsi dalam pengelolaan dana 10% pendapatan migas yang disalurkan ke BUMD daerah. Isu distribusi manfaat yang timpang menjadi salah satu titik sorotan tajam.

Transparansi dan Partisipasi: Pintu yang Masih Tertutup

Forum IMKS juga menyoroti minimnya keterlibatan masyarakat dalam proses perizinan dan penyusunan dokumen Amdal. Banyak dokumen, menurut peserta, hanya menjadi pelengkap administratif setelah proyek dikunci secara politis dan ekonomis. Ditekankan pula pentingnya dialog terbuka antara PT KEI dan masyarakat, terutama di daerah terdampak seperti Pagerungan.

Kami ingin keterlibatan penuh, bukan sekadar informasi searah, ” tegas perwakilan IMKS.

Jalan Tengah: Kontrol Sosial dan CSR yang Nyata

Diskusi menghasilkan tiga rekomendasi penting. Pertama, perlunya pengawasan ketat terhadap alokasi dana CSR, agar benar-benar menyentuh kebutuhan warga seperti pendidikan dan kesehatan. Kedua, penilaian dampak lingkungan harus mencakup seluruh ekosistem, terutama terumbu karang dan laut dangkal. Ketiga, masyarakat lokal harus dilibatkan dalam setiap keputusan strategis, bukan sekadar dimintai persetujuan administratif.

Penolakan yang Rasional dan Berdasar

Dalam penutupnya, diskusi menyimpulkan bahwa penolakan terhadap eksplorasi gas di Kangean adalah bentuk sikap prinsipil, bukan penolakan terhadap pembangunan. Para peserta menegaskan bahwa pembangunan sejati adalah yang berkelanjutan, transparan, dan berkeadilan. Kangean, sebagai warisan budaya dan lingkungan yang unik, tidak boleh dikorbankan atas nama pertumbuhan ekonomi sesaat.

Kami tidak anti-energi, tapi kami pro-kehidupan. Energi bisa dicari, tapi laut yang rusak tak bisa dikembalikan, ” pungkas Razikin.

Penutup: Kangean Bukan Komoditas

Laut Kangean bukan hanya ladang migas, tapi rumah bagi ribuan warga dan ekosistem yang rapuh. Diskusi yang diselenggarakan IMKS bukan sekadar forum ilmiah, melainkan wujud kepedulian generasi muda terhadap arah pembangunan bangsa.

Menjaga Kangean berarti menjaga masa depan Indonesia.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |