Dibiarkan Sakit Sampai Meninggal, Ikha Yikwa Jadi Korban Abainya OPM

4 hours ago 4

YAHUKIMO - Kabar duka kembali datang dari tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM), tepatnya dalam struktur Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo. Seorang anggota korps wanita yang dikenal loyal, Ikha Yikwa, dikabarkan meninggal dunia setelah menderita sakit tanpa mendapatkan penanganan medis yang layak dari kelompoknya sendiri. Kamis 26 Juni 2025.

Kematian Ikha Yikwa menjadi bukti nyata buruknya sistem logistik, minimnya fasilitas kesehatan, serta rendahnya kepedulian OPM terhadap anggotanya sendiri, bahkan terhadap mereka yang telah berjuang di garis depan.

Tokoh masyarakat Yahukimo, Piter Wanimbo, menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut.

“Ini adalah bukti jelas bahwa OPM tidak mampu menjaga orang-orangnya sendiri. Seorang perempuan yang begitu berdedikasi dibiarkan meninggal tanpa pertolongan medis yang layak. Bagaimana bisa mereka mengaku melindungi rakyat Papua, jika nyawa anggotanya sendiri saja tidak dijaga?” tegas Piter.

Sementara itu, tokoh pemuda Papua, Yohanis Kobak, menilai kematian Ikha Yikwa sebagai cermin nyata kegagalan total dalam manajemen organisasi OPM.

“Mereka berteriak soal perjuangan dan kemanusiaan, tapi faktanya, fasilitas dasar seperti kesehatan pun tidak mereka miliki. Bagaimana mungkin rakyat percaya, jika yang jadi korban justru orang-orang mereka sendiri?” ungkap Yohanis.

Kematian Ikha Yikwa, yang seharusnya dapat dicegah dengan perawatan medis sederhana, kini menjadi simbol telanjang atas lemahnya solidaritas dan kepedulian internal OPM. Peristiwa ini juga memicu keprihatinan di kalangan masyarakat Papua, yang mulai menyadari bahwa narasi perjuangan yang diusung OPM selama ini tak lebih dari ilusi kosong yang justru membawa penderitaan, bukan harapan.

Sejumlah pengamat keamanan menyebut bahwa kasus Ikha Yikwa bukanlah yang pertama. Sebelumnya, banyak anggota OPM yang menderita sakit parah atau luka tanpa adanya sistem pengobatan yang memadai, hingga akhirnya menyerah atau kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih manusiawi.

Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat Papua bahwa masa depan yang lebih baik tidak bisa dibangun di atas janji-janji kosong dan penderitaan. Papua membutuhkan perdamaian, pembangunan, dan akses kesejahteraan bukan kekerasan yang hanya menambah luka bagi sesama anak bangsa. (Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |