WIRAUSAHA - Ironi selalu menyertai kehidupan. Di saat dunia menyoroti konflik yang tak berkesudahan di Gaza, sebuah fakta mencengangkan terungkap: kekayaan para konglomerat Israel justru meroket. Seolah tak terpengaruh badai, pundi-pundi mereka terus menggelembung, bahkan ketika tekanan internasional untuk menghentikan agresi semakin kuat. Pertanyaannya, siapa saja mereka dan dari mana sumber kekayaan itu berasal?
Forbes, dalam daftar The Real-Time Billionaires, mencatat ada 37 nama warga Israel yang masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia. Total kekayaan mereka mencapai puluhan miliar dolar. Lebih menarik lagi, sebagian dari mereka ternyata memiliki bisnis yang produknya sangat populer di Indonesia. Mari kita intip 10 nama teratas dalam daftar tersebut.
Eyal Ofer: Raja Real Estat dan Pelayaran
Eyal Ofer menduduki peringkat pertama di Israel dan ke-76 di dunia. Kekayaannya mencapai US$25, 8 miliar atau sekitar Rp409, 13 triliun! Sumber kekayaannya sangat beragam, mulai dari real estat, pelayaran, teknologi, perbankan, energi, hingga investasi. Pria berusia 74 tahun ini adalah bos Ofer Global, perusahaan berbasis di Monaco. Ia mewarisi sebagian besar aset dari sang ayah, raja pelayaran Sammy Ofer.
Portofolio real estatnya mencakup lebih dari 120 properti di seluruh dunia, termasuk gedung-gedung ikonik di Manhattan seperti 15 Central Park West, 1250 Broadway, dan 50 United Nations Plaza. Selain itu, Eyal juga memiliki VC tech fund O.G. Venture Partners, O.G. Energy, serta saham di Mizrahi Tefahot Bank dan Royal Caribbean Cruises.
Idan Ofer: Sang Saudara yang Juga Miliarder
Di posisi kedua, ada Idan Ofer, saudara kandung Eyal. Hartanya mencapai US$17, 0 miliar atau Rp269, 58 triliun. Idan mengoperasikan lebih dari 210 kapal bulk, kapal kontainer, dan tanker minyak mentah di bawah bendera Eastern Pacific Shipping. Ia juga memegang 51% saham Israel Corp.
Tak hanya itu, Idan juga memiliki 32% saham di klub sepak bola Spanyol Atletico de Madrid, serta 85% saham di klub bola Portugal FC Famalicao.
Igor dan Dmitri Bukhman: Raja Game Online dari Playrix
Igor dan Dmitri Bukhman adalah dua bersaudara yang menjadi pemilik Playrix, perusahaan pengembang game online yang sangat populer. Siapa yang tak kenal game seperti Homescapes, Fishdom, dan Township? Game-game ini telah menghipnotis jutaan orang di seluruh dunia.
Kedua bersaudara ini lahir dan besar di Rusia. Mereka mulai memasarkan game online sejak masih duduk di bangku SMA. Pada tahun 2022, mereka memindahkan kantor Playrix dari Rusia ke Israel, membawa serta 1.500 karyawan asal Rusia.
Kini, Playrix menghasilkan pendapatan tahunan lebih dari US$2, 5 miliar. Bukhman bersaudara juga mengakuisisi saham di Nexters Global, pengembang video dan game jejaring sosial.
Baik Igor maupun Dmitri memiliki kekayaan yang sama, yaitu US$9 miliar atau sekitar Rp111, 00 triliun.
Teddy Sagi: Pengembang Perangkat Lunak Perjudian
Teddy Sagi menduduki posisi kelima dengan kekayaan US$6, 4 miliar atau sekitar Rp101, 49 triliun. Ia mendirikan Playtech, pengembang perangkat lunak perjudian, pada tahun 1999. Perusahaan ini memiliki pendapatan lebih dari US$1 miliar dan diperdagangkan di bursa saham London.
Sagi telah membawa empat perusahaan ke publik di AIM London: Playtech, Market Tech, pemroses pembayaran online SafeCharge, dan perusahaan keamanan siber Kape.
Stef Wertheimer: Konglomerat Industri
Stef Wertheimer, seorang konglomerat industri, menjual dua perusahaannya pada tahun 2013 dan 2014. Ia menjual perusahaan pemotongan logamnya, ISCAR, ke Berkshire Hathaway dalam dua tahap: 80% seharga US$4 miliar pada tahun 2006, dan sisanya seharga $2, 05 miliar pada tahun 2013.
Ia juga mendirikan Blades Technology, perusahaan pembuat pisau mesin jet, dan menjual 51% sahamnya pada tahun 2014 kepada Pratt & Whitney dengan jumlah yang tidak diungkapkan.
Wertheimer dan keluarga menduduki posisi keenam dengan kekayaan US$6, 3 miliar atau sekitar Rp99, 90 triliun.
Yuri Milner: Investor Teknologi Keturunan Rusia
Yuri Milner, kelahiran Rusia, adalah investor teknologi yang mendukung Facebook dan Twitter melalui dana ventura miliknya, DST Global. Ia telah menjual sahamnya di kedua perusahaan digital tersebut dan berinvestasi di Spotify serta Airbnb.
Milner juga memperbesar porsi sahamnya pada perusahaan teknologi asal China, termasuk Alibaba dan JD.Com, serta pembuat ponsel Xiaomi.
Kekayaan Milner mencapai US$5, 9 miliar atau sekitar Rp93, 56 triliun.
Shari Arison: Pewaris Kerajaan Pelayaran
Shari Arison, perempuan berusia 67 tahun, adalah wanita terkaya di Israel. Kekayaannya mencapai US$5, 6 miliar atau sekitar US$88, 88 triliun. Ia mewarisi kekayaan dari mendiang ayahnya, Ted Arison, pendiri Carnival Corp.
Arison menciptakan The Doing Good Model, pedoman untuk memasukkan kebaikan sosial ke dalam menjalankan bisnis. Ia berinvestasi dalam berbagai proyek real estat, termasuk pabrik desalinasi dan pembangkit listrik tenaga surya termal. Arison juga memiliki 5% saham Bank Hapoalim, bank terbesar di Israel. Ia mendirikan Ted Arison Family Foundation pada tahun 1981.
Gil Shwed: Penemu Firewall Komputer Modern
Gil Shwed memiliki kekayaan US$5, 0 miliar atau sekitar Rp79, 29 triliun. Ia mendirikan Check Point Software Technologies pada tahun 1993 bersama Shlomo Kramer dan Marius Nacht. Perusahaan tersebut melantai di bursa saham Nasdaq pada tahun 1996.
Shwed memiliki sekitar 25% saham Check Point dan menjabat sebagai CEO-nya. Check Point, yang mengembangkan perangkat lunak keamanan siber, memiliki banyak klien dari perusahaan-perusahaan besar di AS. Perusahaan ini mencegah lebih dari 3 miliar serangan siber setiap tahun dan telah mengamankan lebih dari 100.000 organisasi di seluruh dunia.
Yitzhak Tshuva: Raja Energi dan Real Estat
Yitzhak Tshuva menduduki posisi kesepuluh dengan kekayaan US$4, 8 triliun atau sekitar Rp76, 11 triliun. Ia meraup miliaran dolar dari sektor energi dan real estat. Perusahaan real estat miliknya, El Ad Group, memiliki sejumlah proyek di Manhattan, Florida, Louisiana, Montreal, dan Israel.
Ia juga merupakan pemegang saham pengendali Delek Group, konglomerat yang diperdagangkan secara publik dengan saham di bidang otomotif, minyak, dan gas. Keluarga Tshuva berimigrasi dari Libya ke Israel saat ia berusia enam bulan. Ia pernah bertugas di militer Israel dan bekerja di Kementerian Pertahanan Israel.
Kisah-kisah kekayaan ini memang menarik, tapi juga memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin kemakmuran bisa terus bertambah di tengah konflik dan penderitaan? Sebuah ironi yang sulit untuk diabaikan. (Wirausaha.co.id)