YAHUKIMO - Di tengah hening pegunungan Papua dan sejuknya kabut pagi, para prajurit TNI dari Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 1 Marinir tidak hanya membawa misi menjaga batas negara. Mereka membawa senyuman, menyapa dari hati, dan mengetuk pintu-pintu honai rumah adat masyarakat Papua yang sarat makna dan filosofi.
Jumat (20/06/2025), Kampung Pilong, Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, menjadi saksi kehangatan luar biasa saat prajurit-prajurit berseragam loreng hadir tak hanya sebagai penjaga, tetapi juga sebagai sahabat dan keluarga. Mereka duduk bersama di depan honai, berjabat tangan, tertawa, dan berdialog dengan masyarakat bukan dalam suasana formal, tapi penuh kekeluargaan.
"Kami tidak hanya datang untuk menjaga perbatasan. Kami hadir untuk merawat persaudaraan, " ucap Dansatgas Letkol Marinir Siswanto dengan mata berbinar. "Honai bukan sekadar rumah. Ia adalah jiwa, identitas, dan pelukan hangat masyarakat pegunungan. Maka, kami pun datang dengan hati terbuka."
Kegiatan anjangsana ini diwarnai dengan pembagian bantuan logistik dan edukasi ringan kepada warga. Namun lebih dari itu, kehadiran TNI di tengah kampung menjadi simbol pengakuan dan penghormatan terhadap budaya lokal.
Mayjen TNI Lucky Avianto, Pangkoops Habema, turut memberikan apresiasi tinggi atas langkah humanis yang dilakukan Satgas.
"Inilah TNI masa kini hadir menyatu, bukan hanya dalam senjata, tapi dalam senyuman di depan honai, dalam pelukan saudara sebangsa, " ujarnya.
Kehadiran para prajurit di tanah yang jauh dari hiruk-pikuk kota ini bukan hanya tentang patroli atau pengamanan. Ini adalah tentang mendengar cerita, memahami nilai-nilai leluhur, dan membangun jembatan hati antara TNI dan rakyat yang dijaganya.
Dari honai, TNI belajar makna perlindungan bukan sekadar dengan senjata, tetapi dengan cinta dan kedekatan.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono